Tahukah kamu bahwa Indonesia dilalui oleh Jalur Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia, sehingga menempatkannya sebagai salah satu penyusun “Ring of Fire”. Itulah mengapa hampir seluruh wilayah Indonesia berpotensi terjadi guncangan gempa bumi, entah itu gempa besar ataupun gempa kecil. Namun, Anda bisa mencari tahu bagaimana cara bangun tahan gempa. Berikut 5 faktor rumah atau bangunan tahan gempa:
-
Kualitas tanah
Perhatikan kualitas tanah saat membangun bangunan. Kenali bagaimana ciri-ciri tanah yang stabil, yaitu punya karakteristik keras, padat, dan kekerasannya merata di seluruh area. Plus, hindari mendirikan rumah di tanah yang mempunyai kontur kemiringan ekstrem. Tanah berstruktur padat cenderung memperlambat gerakan partikel tanah ketika guncangan gempa muncul. Dengan demikian, Anda bisa menekan risiko kerusakan pada rumah, sekaligus membuat Anda punya waktu ekstra untuk evakuasi ketika peristiwa gempa terjadi.
-
Struktur Bangunan
Ciri utama konstruksi bangunan tahan gempa terletak pada cara strukturnya merespons getaran. Dalam hal ini artinya adalah; struktur bangunan mampu bertahan dari keruntuhan sekaligus punya fleksibilitas guna meredam getaran yang timbul. Struktur keras akan mencegah dan mempertahankan rumah agar tidak runtuh. Sementara, struktur fleksibel bertugas menyerap guncangan serta menjaga kestabilan bangunan saat terjadi guncangan.
-
Kekuatan Fondasi
Tanpa fondasi yang kokoh, sulit untuk memulai suatu pembangunan rumah. Apalagi, memastikan rumah tersebut benar tahan gempa. Sebagai bagian utama struktur suatu bangunan, fondasi bertugas mendistribusikan beban bangunan ke tanah. Itulah sebabnya, pemancangan fondasi harus benar-benar keras dan kuat dengan kedalaman rata-rata 60-80 cm. Selain itu, pemilihan material juga mempengaruhi kekuatan fondasi. Selain beton berkualitas, perhatikan juga rasio antara adukan semen pasir dan fondasi batu kali yang digunakan. Rasio semen dan pasir 1:5 ideal untuk menciptakan ikatan kuat antara batu kali. Lalu, untuk fondasi footflat, disarankan memakai tulangan diameter minimal 12 mm. Plus, pastikan tulangan fondasi dan tulangan kolom struktur menyatu sampai bagian atas hunian. Kesatuan elemen strukturan dan non-struktural bangunan berpengaruh besar pada kokoh tidaknya suatu bangunan, sekaligus menolong distribusi beban gempa tersebar raya ke seluruh komponen.
Material ringan identik sebagai bahan bangunan rumah anti gempa. Anda bisa mengurangi jenis bahan bangunan yang cenderung memberikan beban tambahan pada bangunan ketika guncangan gempa terjadi. Contoh, rumah tradisional Indonesia banyak mengandalkan struktur kayu, bambu, serta atap rumbia. Bahan demikian dipandang lebih aman dan fleksibel menghadapi getaran gempa. Namun kini lebih banyak menggunakan bata ringan sebagai material dinding yang ringan. Tentunya dengan perekat yang kuat sehingga menciptakan dinding yang kokoh.
Baca Juga : RK Mortar
-
Denah Rumah/Bangunan yang Simetris
Pakar teknik sipil berpandangan, saat bangun tahan gempa kesederhanaan denah rumah jadi kunci penting. Bentuk simetris harus muncul dalam denah rumah sehingga Anda bisa mencari dengan mudah di mana titik kolom serta fondasi kerangka utama pembangunan rumah. Bayangkan jika struktur rumah tidak beraturan. Ketika gempa mengguncang, getarannya bisa jadi terpusat pada bagian tertentu dan bangunan pun rentan runtuh. Jangan lupa untuk membuat tiap kolom rumah berjarak 3-4 meter. Dengan struktur dan denah simetris, bangunan memiliki kemampuan menahan gaya gempa lebih baik.
Setelah mengetahui faktor-faktor pendukung bangunan tahan gempa, anda dapat aplikasikan ke rumah dan bangunan anda agar terhindar dari kerusakan dan kerugian akibat gempa.